Minggu, 02 November 2008

Rumah Tanpa TUHAN

R
Rumah Tanpa Tuhan
Teologi “rumah tanpa Tuhan” adalah realitas kemunafikan beragama dan misrepresentasi Tuhan dalam wajah kekerasan dan pemaksaan. Hampir dalam setiap meta- narasi agama ada kisah pertarungan Tuhan melawan kejahatan. Dalam penafsiran ekstrem, kejahatan sebagai entitas abstrak mengalami kongkretisasi dalam perbedaan agama. Di sini perbedaan jadi permusuhan, dan kongkretisasi Tuhan dalam pembentukan institusi agama memberikan legitimasi terhadap represi.
Penutupan rumah ibadah tidak berarti Tuhan kehilangan rumah. Namun dibaca dari sisi lain, penutupan rumah ibdah adalah ekspresi dari suatu rumah tanpa Tuhan. Adalah sah untuk dijadikan situasi penutupan rumah ibadah sebagai batu loncatan iman untuk semakin menghayati Tuhan, namun disisi lain adalah suatu kemunduran besar sebagai suatu bangsa. Rumah ibadah bukanlah asset pemeluknya, tetapi asset nasional. Rumah ibadah perlu ambil bagian dalam melakukan transformasi manusia Indonesia.
Rumah ibadah adalah intensivikasi ruang dan waktu dimana komunitas umat bisa menyembah Tuhan mereka. Rumah ibadah adalah suatu simbol, ya itu simbol yang penting bagi penganutnya. Kita tidak bisa mengebiri kenyataan ini. Pemerintah perlu memberikan pengaturan, tetapi juga perlindungan. etika tiap rumah ibadah perlu setidaknya 90 orang penganut, ini masih dapat dimengerti.

Tidak ada komentar: